Gunung Api Bawah Laut, Fenomena Alam yang Masih “Misteri”
Sekitar 900 meter di bawah permukaan laut, di tengah Samudra Pasifik, terdapat gunung berapi terbesar di dunia, namanya Havre. Pada 2012, gunung api bawah laut ini meletus hebat. Ini adalah letusan dalam air terbesar yang pernah tercatat di zaman moderen. Para ilmuwan memperkirakan, jumlah lava yang dimuntahkan, batu apung, dan juga abu, kira-kira 1,5 kali letusan Gunung St. Helens tahun 1980.
Namun, terlepas dari ukuran dan kekuatannya yang luar biasa, tak banyak orang tahu tentang letusan tersebut. Bahkan, banyak dari kita yang mungkin tak pernah mendengar Gunung Havre, sebagaimana dikutip dari Smithsonian.
Saat letusan terjadi, seorang penumpang pesawat udara dalam penerbangan komersial, secara kebetulan melirik ke luar jendela, saat dan melihat bagian-bagian berwarna aneh di permukaan lautan. Saat itu, pesawat berada kurang lebih 800 km di utara Auckland, Selandia Baru.
Penumpang itu berpikir mungkin lapisan minyak, atau mungkin kapal-kapal besar yang mengambang. Setelah diamati detil, itu adalah bebatuan vulkanik yang dimuntahkan dari bawah, tanda letusan gunung berapi. Sang penumpang kemudian mengambil foto dan mengirimkannya ke ahli-ahli geologi, yang kemudian memicu ‘perburuan’ internasional tentang asal letusan.
Sebuah penemuan yang tidak terduga, karena lebih dari 70 persen dari semua letusan gunung berapi seperti itu terjadi di bawah laut dan para ilmuwan tidak tahu apa-apa dalam memahaminya. Ini dikarenakan, letusannya tertutup dari pandangan ratusan atau bahkan ribuan meter dari permukaan air.
Tahun 2015, beberapa ilmuwan berlayar ke lokasi letusan Gunung Havre dengan misi mempelajari fenomena tersebut. Melalui lensa kamera pada kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh, sebuah pemandangan menakjubkan dan sekaligus mengerikan terungkap.
Potongan besar batu apung vulkanik, beberapa seukuran mobil MPV, berserakan di dasar laut, dan abu tipis terpancar keluar dari puncak gunung berapi. Lahar tampak keluar dari beberapa lubang besar dan kecil, terkadang menumpuk menjadi kubah-kubah. Sebuah penampakan tidak terduga.
“Benar-benar sebuah pemandangan di luar dugaan kami,” jelas Rebecca Carey, peneliti di University of Tasmania dan juga rekan penulis studi yang menjelajahi gunung berapi Havre dari kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh. “Dengan penyelidikan dasar laut, ada ruang untuk beberapa penemuan sangat menarik, karena kita belum memiliki pemahaman tentang bagaimana gunung berapi bawah laut beroperasi di bawah air.”
Awal ekspedisi, para ilmuwan memperkirakan akan menemukan lapisan batu apung dan abu dari letusan yang sangat eksplosif di dasar laut [seperti Krakatau 1883 atau Gunung St Helens 1980]. Ternyata, mereka mendapatkan batu apung raksasa berukuran satu meter yang menunjukkan bahwa magma berbusa keluar dari lubang dan pecah saat bersentuhan dengan air laut.
Dalam setiap letusan gunung berapi, magma [batuan cair di bawah permukaan bumi] naik dari kedalaman bumi ke permukaan tanah atau dasar laut. Magma mengandung gas terlarut, yang membentuk gelembung karena tekanan pada magma berkurang selama proses naiknya.
Letusan eksplosif terjadi di darat ketika gas-gas terlarut ini dilepaskan secara tiba-tiba -bayangkan gelembung-gelembung dalam botol minuman bersoda, yang menyembur ke luar saat botol yang dikocok dibuka, tekanannya dilepaskan sekaligus.
No comments: