Ads Top

Misteri Jejak Albert Oertel alias Alfred Wehring di Scapa Flow

 

Langit kelabu. Seorang pria tampak berjalan tergesa-gesa di antara guguran daun yang tertiup angin, sambil sesekali merapatkan mantelnya. Musim dingin akan segera tiba. Ia baru saja menutup tokonya, sebuah toko arloji, lalu berjalan hendak pulang ke rumah. Hari itu sepertinya adalah hari istimewa. Hari yang sudah ditunggunya selama belasan tahun.

Begitu sampai di rumah, ia segera membuka sebuah lemari. Lalu diraihnya sebuah alat yang diletakkan cukup tersembunyi, sebuah pemancar radio bergelombang pendek. Setelah tersambung, terdengarlah suara seseorang. Pria itu lalu menceritakan rahasia yang selama bertahun-tahun disimpannya. Sebuah rahasia yang akan menghancurkan pangkalan armada Inggris sekaligus menenggelamkan kapal kebanggaan mereka, Royal Oak!


Sebelum melanjutkan sebaiknya kalian baca dulu artikel sebelumnya di sini.


Di Belakang Gunther Prien

Keberhasilan Gunther Prien menyerang pangkalan armada Inggris, Scapa Flow, sungguh fenomenal. Dengan keberhasilan yang gemilang itu, Prien segera menjadi pahlawan Jerman. Namanya terkenal ke seantero negeri.

Bukan hanya di Jerman, di luar negeri pun orang-orang kagum sekaligus terheran-heran bagaimana bisa sebuah kapal selam bisa masuk ke pangkalan armada yang dijaga demikian ketat. Tak hanya itu saja, tempat itu juga penuh ranjau dan jebakan. Kapal selam itu dengan gemilang sukses melakukan serangan, bahkan berhasil keluar dengan selamat dari sana. Benar-benar gila! Inggris bahkan tidak pernah membayangkan peristiwa seperti ini akan terjadi.

Gunther Prien memang sosok jenius. Mampu memimpin pasukannya dan mengeksekusi serangan dengan begitu lihai. Tapi sosok di balik Gunther Prien juga tak kalah hebat. Pujian harus juga disematkan kepada Doenitz, sosok yang membuat rencana penyerangan itu. Ia mengetahui betul bagian paling lemah dari pertahanan Inggris di Scapa Flow yang terletak di Kirk Sound.

Scapa Flow

Tapi bagaimana Doenitz sampai tahu kalau di Kirk Sound sebenarnya terdapat sebuah “lubang” untuk menerobos Scapa Flow? Dan konon inilah rahasianya.

Pada tahun 1923 Laksamana Wilhelm Canaris yang merupakan pimpinan dinas intelijen Jerman mengirim seorang mantan perwira armada Jerman ke luar negeri sebagai penjual arloji. Ya, mata-mata yang bekerja sebagai penjual arloji. Namanya Alfred Wehring.

Penjual Arloji yang Memasang Mata dan Telinganya

Wehring bergabung dengan Badan Intelijen Angkatan Laut tahun 1923 dan langsung dikirim untuk tugas intelijen. Mula-mula ia dikirim ke Swiss untuk belajar membuat jam. Tidak tanggung-tanggung ia belajar selama 4 tahun di sana sampai benar-benar ahli di bidang itu.

Tahun 1927, Wehring pindah ke Inggris. Admiral Canaris memberinya sebuah paspor palsu atas nama Albert Oertel, sebuah nama yang cukup umum di Swiss. Sekarang Wehring punya identitas baru. Sebagai Alfred Oertel, ia lalu menetap di Kirkwall... yang tidak jauh dari Scapa Flow!

Selama beberapa waktu, Wehring yang sekarang menjadi Oertel, bekerja sebagai tukang untuk beberapa toko arloji. Ia juga menjadi pembantu pembuat jam lokal, Dennis Eynhallow'n. Pria yang dikenal ramah ini juga rupanya pekerja keras yang hemat. Maka seiring berjalannya waktu, ia akhirnya berhasil membuka sebuah toko jam di Kirkwall.

Penduduk di sekitar daerah itu suka pada Oertel. Mereka sama sekali tidak menaruh curiga. Seorang pria yang berasal dari Swiss, pandai memperbaiki arloji, tentu saja tidak ada yang aneh dengan semua itu.

Orang-orang di sekitar Oertel tinggal tahu betul kalau pria itu begitu suka pada laut. Kesukaan dan perhatiannya terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan laut, juga tidak mengherankan penduduk daerah Kirkwall. Maklumlah karena di tempat asalnya, Swiss, tidak berbatas dengan laut sama sekali.

Oertel yang suka pada laut, juga mendatangkan sanak keluarganya dari Swiss yang juga suka laut. Mereka begitu “cinta” pada laut Inggris. Pada akhirnya mereka juga menetap di Kirkwall.

Setelah 5 tahun tinggal di Kirkwall, Oertel akhirnya menjadi warga negara Inggris. Tapi hubungannya dengan keluarganya yang ada di Swiss masih terjalin. Maka itu tidaklah mengherankan, Oertel banyak menerima surat dari Swiss. Bersama dengan surat-surat itu juga datang bingkisan-bingkisan cokelat yang selalu dibagi-bagikan Oertel pada anak-anak di Kirkwall.

Paling tidak sebulan sekali, Oertel juga diketahui menulis surat yang ditujukan kepada ayahnya yang sudah tua di Swiss. Tapi isi surat itu tidak lain sebenarnya adalah informasi mengenai penempatan meriam-meriam perlindungan anti kapal selam yang ada di Scapa Flow. Ayah Oertel yang selalu dikirimi surat itu tak lain adalah: Canaris!

Wilhelm Canaris

Dua tahun kemudian, 3 September 1939, Perang Dunia pecah. Oertel yang sudah menjadi warga negara Inggris dengan bangga memperlihatkan kesetiaannya terhadap tanah airnya yang baru. Tapi itu semua hanyalah kedok, karena diam-diam dia selalu mengawasi dengan matanya yang tajam segala aktivitas yang terjadi di Scapa Flow. Scapa Flow adalah rumah bagi pangkalan angkatan laut Inggris.

Saudara-saudara Oertel dan juga orang-orang “Swiss” lain yang tinggal di Kepulauan Orkney juga selalu memberikan laporan apa saja yang mereka lihat dan dengar di sekitar Scapa Flow.

Maka Oertel segera tahu kelemahan Kirk Sound. Pada pintu masuk sebelah timur ke Scapa Flow, rupanya belum dirintangi dengan kabel dari baja bertegangan tinggi di bawah permukaan airnya.

Baca juga: Misteri Foo Fighter

Orang-orang Inggris itu mengira tiga blockship saja sudah cukup, sementara jaring anti-kapal selam lainnya sedang dipasang di pintu masuk yang lain. Mereka juga berpikir arus di Kirk Sound yang sangat berbahaya pasti tidak akan bisa menyelamatkan kapal selam musuh yang hendak masuk ke sana. Tapi rupanya mereka salah. Salah besar.

Pada suatu hari di bulan Oktober 1939, Oertel yang sudah bertahun-tahun hidup sebagai mata-mata akhirnya menyudahi petualangannya. Ia menutup tokonya lebih awal dari biasanya hari itu dan bergegas pulang ke rumah. 

Dengan sebuah pemancar radio bergelombang pendek di genggamannya, meluncurlah dari mulutnya semua rahasia yang ia ketahui tentang Scapa Flow. Orang yang menerima pesan itu, Doenitz, lalu meneruskan informasi itu kepada Prien. 

Karl Doenitz

Ketika kapal selam U-47 tiba di pantai timur pulau Pomona pada 14 Oktober 1939, Oertel, memberikan sinyal cahaya yang disetujui dan naik ke kapal. Dia membawa serta lukisan Scapa Flow dan daerah aliran sungai terdekat yang sudah dibuatnya selama 12 tahun. 

Setelah serangan fenomenal ke Scapa Flow itu, Oertel diduga melarikan diri ke Jerman dengan kapal selam B-06 setelah sebelumnya dijemput oleh Prien.

Keberhasilan serangan Prien yang mendadak malam itu, mencoreng wajah Inggris. Di London, Angkatan Laut yang sangat malu dan terhina oleh tenggelamnya Royal Oak saat berada di pangkalan armadanya sendiri, berasumsi kalau U-boat telah berhasil memporak-porandakan pertahanan mereka berkat mata-mata yang tinggal di Orkney. Buntutnya, Angkatan Laut menyalahkan intelijen Inggris, MI-5, karena gagal mengendus adanya mata-mata Nazi ini sejak awal.

U-47 (1938)

Agen MI-5 segera terjun ke lapangan. Mereka memeriksa Orkney demi menemukan mata-mata yang dimaksud. Namun pencarian itu tiada mendapatkan hasil.


Munculnya Nama Alfred Wehring/Albert Oertel

Kisah adanya mata-mata yang membimbing kapal selam U-47 ke pelabuhan Royal Oak muncul pertama kali dalam artikel Curt Riess "Spionase U-Boat Hitler" yang diterbitkan di Saturday Evening Post pada 16 Mei 1942. 

Menurut artikel tersebut, mata-mata Scapa Flow itu diidentifikasi sebagai mantan perwira Angkatan Laut Jerman bernama Kapten Alfred Wehring yang direkrut tahun 1928 oleh intelijen Jerman. Wehring ditempatkan di Scapa Flow yang dipercaya akan menjadi lokasi penting dalam perang apa pun yang akan datang melawan Inggris.

Artikel tersebut juga menyebutkan kalau Wehring menggunakan nama fiktif yaitu Albert Oertel (Ortel), menyamar sebagai pembuat jam Swiss dan membuka toko kecil di desa Kirkwall di Orkney.

Cerita berlanjut. 12 tahun kemudian, Wehring muncul dari penyamarannya dan memberi informasi kepada Kapten Karl Doenitz dari komando U-boat. Ia menceritakan semua rahasia intelijen terperinci tentang pertahanan Scapa Flow, arus di sana yang tidak dapat diprediksi, sampai pada rintangan navigasinya. Semua lengkap diinformasikan kepada Doenitz.

Bertindak atas intelijen A-1 dari Wehring ini, Doenitz lalu mengirim Letnan Prien. Dengan dipandu oleh Alfred Wehring (Albert Oertel) yang sebelumnya sudah dijemput, mereka bergerak ke Scapa Flow untuk menyerang Royal Oak. Wehring naik U-47 di muara arus, bertindak sebagai navigator-pilot, kemudian kembali ke Jerman dengan kemenangan setelah 12 tahun menyamar di Skotlandia. 

Begitulah cerita yang dikisahkan dalam artikel tersebut. Cerita ini diketahui pula dikembangkan lebih lanjut oleh Kurt D. Singer dalam bukunya tahun 1945 Spies and Traitors in World War II, "The Man Who Really Sank the Royal Oak." 

Bahkan 20 tahun setelah kisah dari Curt Riess versi pertama, Bengtsson (1962) menggambarkan kisah ini sebagai "kesabaran yang luar biasa dari mata-mata Jerman dan kenaifan yang sama luar biasanya dari tetangganya (Oertel di Kirkwall)."


Misteri Sosok Albert Oertel alias Alfred Wehring 

Setelah perang, Mayor Jenderal Vernon GW Kell, kepala MI-5, menulis bahwa "Jerman telah diberikan informasi terkini oleh mata-matanya."

Sir Vernon Kell yang juga merupakan founder MI-5

Angkatan Laut Inggris berpegang teguh pada anggapan bahwa Wehring (Oertel) adalah mata-mata yang dimaksud. Namun, sejumlah jurnalis Inggris yang menyelidiki hal tersebut, pergi ke Orkney dan gagal menemukan siapa pun yang pernah mengenal, apalagi melihat, orang bernama Alfred Wehring, yang selama 12 tahun dikatakan telah menyamar di Kirkwall sebagai Albert Oertel, pembuat jam Swiss.

Jadi apakah mata-mata Nazi yang menyamar itu memang benar-benar ada?

Setelah perang usai, dilakukan pula pencarian terhadap sejumlah arsip Jerman. Hasilnya nihil. Tidak ditemukan bukti keberadaan orang dengan nama Albert Oertel maupun Alfred Wehring. Begitu juga dengan data tentang kapal selam bernama B-06. Bukti pengajuan permohonan Ortel untuk pindah kewarganegaraan Inggris pada tahun 1932 juga tidak ditemukan.

Pada tahun 1976, anggota kru kapal selam U-47 menegaskan bahwa tidak ada mata-mata yang terlibat dalam operasi yang menyebabkan tenggelamnya Royal Oak. Rute yang digunakan oleh kapal selam ke pelabuhan dilakukan dengan menganalisis gambar yang diambil saat pengintaian di udara.

Sementara itu beberapa ahli seperti Nigel West, Wolfgang Frank, Alexander McKee, dan Gerald Snyder menyimpulkan bahwa orang seperti Wehring atau Ortel tidak tinggal di pulau tersebut seperti dugaan banyak orang. 

Kepala perpustakaan Orkney, dalam sebuah surat tahun 1983 mengatakan kepada sejarawan Nigel West, bahwa nama Albert Oertel kemungkinan besar merupakan pelesetan dari "Hotel Albert" yang terkenal di Kirkwall.

Referensi:

PK. Ojong. 2009. Perang Eropa. Jakarta: Penerbit Kompas.
https://en.wikipedia.org/wiki/HMS_Royal_Oak_(08)#Construction_and_service
https://fi.m.wikipedia.org/wiki/Albert_Ortel
http://www.u47.org/english/u47_sca.asp?page=7#ixzz6nSYLA1dT
https://uboat.net/forums/read.php?3,7052

No comments:

Powered by Blogger.