Ads Top

Sebuah daratan baru muncul di menghubungkan dua pulau kecil di Samudra Pasifik sebelah selatan.

Dream - Sebuah daratan baru muncul di menghubungkan dua pulau kecil di Samudra Pasifik sebelah selatan. Pulau itu terbentuk dari letusan gunung berapi di bawah laut.

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa 5 Februari 2019, pada Desember 2014, para ilmuwan badan antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan kemunculan daratan baru akibat aktivitas vulkanik di bawah perairan Tonga, Samudra Pasifik.

Erupsi itu berhenti pada akhir Januari 2015 dengan ditandai munculnya daratan baru yang membentang antara dua pulau kecil yang lebih tua, Hunga Tonga dan Hunga Ha'apai.

Ilmuwan NASA yang fokus mengamati penginderaan jarak jauh satelit, Slayback, sangat tertarik dengan fenomena itu. Dia bertekat mengunjungi pulau baru itu dan benar-benar melaksanakannya pada Oktober 2018.

“ Kami semua seperti anak sekolah yang kegirangan," kata Slayback.

" Benar-benar menakjubkan pandangan saya, betapa berharganya berada di sana untuk beberapa hal," imbuh dia.


Saat Didekati

Pulau muda ini mampu bertahan dengan cara tidak biasa. Sebagian besar pulau menghilang hanya dalam beberapa bulan, seperti yang diperkirakan akan terjadi oleh para ahli.

Tetapi analisis yang dilakukan pada tahun 2017 oleh NASA merevisi harapan hidup pulau baru itu, yakni antara enam dan 30 tahun. Pulau ini adalah satu dari tiga pulau vulkanik yang hidup lebih lama, beberapa bulan dalam 150 tahun terakhir.

“ Pulau ini juga pulau pertama yang sanggup bertahan sejak armada satelit mulai mengamati permukaan Bumi,” jabar Slayback.

Tapi, saat para ilmuwan menginjakkan kaki di pulau baru, ekspektasi mereka tidak sesuai gambaran pada satelit. Perubahan ketinggian lebih dramatis daripada yang diperkirakan para peneliti, misalnya.

Data yang dikumpulkan tim di darat akan membantu para ilmuwan mengasah model yang mereka gunakan untuk mengubah gambar satelit ke ketinggian, menurut NASA.

Slayback juga mengumpulkan sampel batuan dengan izin dari perwakilan Tonga. Para peneliti mengatakan, ia berharap bahwa data yang dikoleksi selama ia melakukan perjalanan di pulau 'bayi' tersebut akan membantu para ilmuwan lain dalam memahami jangka yang dibutuhkan pulau itu bisa bertahan.


No comments:

Powered by Blogger.