Cerita Richard Garriott, Penjelajah yang Berhasil Capai Titik Terdalam Bumi
Ini adalah cerita Richard Garriot, sosok manusia yang pernah melihat luasnya Bumi, dan merasakan kedalamannya yang tak kalah menakjubkan. Anak dari seorang astronaut NASA ini menjadi salah seorang yang berhasil mencapai titik terdalam Bumi.
Kita semua tahu bahwa lautan memiliki luas yang sangat besar, tapi tidak pernah benar-benar mengetahui soal kedalamannya. Titik terdalam Bumi sendiri berada di Kepulauan Mariana, yang memiliki palung laut paling dalam di dunia.
Palung Mariana ini berada di Samudra Pasifik, dan tidak jauh dari Indonesia yaitu di sisi selatan Jepang dan sisi barat Filipina. Palung laut ini diperkirakan memiliki kedalaman hingga 10.984 meter. Kedalaman parit diperkirakan bisa menenggelamkan gunung terbesar di dunia, Gunung Everest.
Bagian terdalam dari Mariana adalah Challenger Deep, yang telah berhasil dikunjungi oleh Garriott. Ia bukanlah orang pertama yang pernah mencapai titik ini. Sebelumnya, ada mantan astronaut NASA, Kathy Sullivan, juga berhasil melakukannya pada Agustus 2020. Sementara Garriott mencapai Challenger Deep pada 1 Maret 2021.
"Saya adalah orang pertama yang mengarungi dari kutub ke kutub, luar angkasa, dan manusia kedua, pria pertama, yang pergi ke angkasa dalam," ujar pria berusia 59 tahun itu, seperti dikutip collectSPACE.
Pria berusia 59 tahun tersebut mengarungi laut terdalam di dunia itu menggunakan Limiting Factor, yang merupakan kapal selam laut dalam pertama yang digunakan secara komersial. Rencana penyelaman tersebut ialah langsung menuju Palung Mariana sehingga mereka bisa mencapai titik terdalam Bumi.
Saat proses menyelam, ia melihat perubahan suhu air yang sangat drastis. Permukaan air yang sangat hangat seperti suhu tropis, terus menurun seiring kedalaman terus bertambah hingga hampir membeku saat berada di kedalaman terdalam.
Mencapai bagian terdalam lautan tentunya tidak mudah dan perlu peralatan yang sangat canggih. Tekanan air pada kedalaman laut juga berbahaya. Garriott berkata densitas air semakin besar pada kedalaman Mariana.
Awalnya, tim Garriott menyelam dengan jarak beberapa meter per detik, tetapi ketika mulai sampai bawah, airnya menjadi lebih rapat sehingga kecepatan diturunkan menjadi setengah meter per detik.
Masih ada kehidupan di titik terdalam Bumi
Cahaya perlahan menghilang seiring dengan kedalaman yang mereka tempuh. Pada jarak ratusan meter dari permukaan, ia masih bisa melihat cahaya dari kapal selam yang berseliweran di sana. Namun kapal mereka sangat cepat melaju ke bawah dan mencapai kegelapan gulita dalam waktu empat jam.
Ia pun menggambarkan kondisi di bagian terdalam Bumi yang disebut sebagai dataran abyssal. Garriott mendeskripsikan kondisi di bawah sana seperti padang pasir yang berlumpur, dan dihujani sisa kehidupan di perairan bagian atas.
Tidak ada permukaan yang keras, semuanya sangat halus. Namun masih ada kehidupan yang cukup banyak di bawah sana. Setiap melaju beberapa meter, ia melihat salah satu krustasea yang tembus cahaya.
Ada banyak bekas-bekas kehidupan yang berasal dari kehidupan di lapisan air atas, seperti sisik ikan, kotoran, debu atau mayat-mayat ikan. Mereka meninggalkan pelat titanium persegi berukuran 15 cm. Di sekeliling pelat tersebut tercantum kata-kata rahasia.
Jadi apabila ada orang lain yang mengunjungi tempat terdalam di Bumi, mereka harus menemukan kata-kata tersebut untuk memastikan bahwa mereka benar-benar telah sampai di titik terdalam Bumi. Perjalanan Garriott di titik terdalam Bumi dilakukan selama satu jam.
Garriott berencana ingin membawa batuan dari bawah Mariana, namun ukuran batunya tidak ada yang pas sehingga teknologi yang dibawa tidak mumpuni. Ia berharap ke depannya penjelajah di masa yang akan datang bisa melakukan hal itu.
Garriott bukan hanya penjelajah lautan
Selain mencapai titik terdalam Bumi, Garriott yang merupakan anak dari seorang astronaut NASA juga pernah menjelajah ruang angkasa. Tidak seperti ayahnya yang ke luar angkasa untuk bekerja, Garriott yang merupakan seorang pengembang game mendanai perjalanannya sendiri untuk bisa mencapai ISS (International Space Station).
Ia juga pernah melakukan perjalanan ke kutub utara dan kutub selatan. Ketika ditanya mana yang lebih menantang antara luar angkasa atau lautan, ini jawabannya.
"Angkasa akan sulit ditaklukkan, jadi angkasa masih menang," jawabnya.
Ke depannya, ia bersedia untuk menjelajahi setiap lokasi ekstrem dan situasi menantang, seperti di angkasa tidak ada gravitasi, sementara di Antartika juga memberikan kesan tersendiri karena tidak ada jalan apa pun.
"Satu hal yang mirip di lokasi-lokasi tersebut adalah jika kamu pergi ke suatu tempat yang seekstrem ini, maka hukum fisika benar-benar berubah secara mendalam," jelasnya.
No comments: