Misteri 'Kota Hantu' Kuno di Tengah Samudra Pasifik
Para arkeolog dibuat bingung oleh sebuah kota kuno misterius di sebuah pulau terpencil di tengah samudera. Lokasi itu konon berhantu.
Dijuluki keajaiban dunia ke delapan oleh penjelajah Eropa di masa lalu, kota yang hampir tidak dapat dihuni ini adalah Nan Madol. Kota ini berada di sebelah timur Pulau Pohnpei di Mikronesia, Pasifik.
Kota ini sebelumnya merupakan ibu kota Dinasti Saudeleur yang pernah berdiri hingga sekitar tahun 1628.
Menurut William Ayres, dari Department of Anthropology University Of Oregon, dalam bukunya Nan Madol, Madolenihmw, Pohnpei, dahulu Nan Madol merupakan pusat upacara dan politik Dinasti Saudeleur, yang menyatukan sekitar 25.000 penduduk Pohnpei sampai kira-kira tahun 1628.
Lokasi kota itu, terletak terpisah di antara pulau utama Pohnpei dan Pulau Temwen. Aktivitas manusia tercatat sejak pada abad pertama atau kedua Masehi.
Pada Abad ke-8 dan ke-9 pembangunan islet (pulau kecil) ini mulai dilakukan, tetapi arsitektur megalitikum kemungkinan baru dimulai dibuat pada Abad ke-12 atau awal Abad ke-13. Non Madol juga kerap disebut 'Venesianya Pasifik'
Lokasinya yang sangat terpencil berarti pulau itu nyaris tak mungkin dikunjungi. Hal itu membuat para peneliti menyamakan Non Madol dengan Atlantis yang hilang, yang konon kini berada di bawah laut.
Patrick Hunt seorang arkeolog mengatakan bahwa ia dibuat bingung dengan kota tersebut, yang diyakini terdiri dari 97 pulau buatan yang dipisahkan oleh selat yang sempit.
"Untuk apa seseorang membangun kota di tengah laut?," kata Hunt dikutip dari News.com.au pada Selasa (7/11/2017). "Mengapa di sini, yang sangat jauh dari peradaban?" lanjutnya.
Dr. Karen Bellinger mengatakan bahwa di pulau tersebut terdapat banyak struktur menakjubkan yang diperkirakan sudah ada sejak abad pertama atau kedua Masehi.
"Kemunculan kota ini dari gambar yang didapat dari satelit cukup menakjubkan, apalagi jika dilihat secara langsung. Ada tembok dengan tinggi 7,62 meter dan ketebalan 5,2 meter," jelas Bellinger.
Sementara itu, Marc McCoy peneliti kawasan itu mengatakan, "Nan Madol dianggap mewakili sejarah Pulau Pasifik pertama, tapi bagi saya, jelas Non Madol adalah ibu kota. Di situ merupakan kedudukan dari kekuatan politik, pusat bagi ritual keagamaan penting, dan tempat bagi mantan para kepala suku beristirahat."
Nan Madol dikelilingi tembok raksasa yang diperkirakan tersusun dari 250 juta batu.
Struktur bangunan di sana pun dibangun dari batu-batu monolit seberat 5 sampai 50 ton yang kemungkinan besar didatangkan dari pulau-pulau di sekitarnya.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya orang-orang Dinasti Saudeleur menyusun batu-batuan raksasa tersebut di tengah pulau yang berlokasi di tengah laut? Para arkeolog mencoba merekonstruksi pembangunan bangunan-bangunan batu tersebut dengan berbagai metode pengangkutan, tetapi semuanya gagal.
Hingga kini Dinasti Saudeleur, dianggap orang-orang di masa lalu dengan keterampilan teknik yang jenius dan luar biasa. (Affifa Zahra)
Warga Lokal Enggan ke Kota Hantu
Menurut para peneliti, warga lokal Pohnpei menolak untuk pergi ke "kota hantu" Non Madol tersebut kecuali untuk urusan wisata. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa di tempat itu terdapat banyak arwah bergentayangan.
Beberapa warga lokal mengajak turis untuk mengunjungi lokasi tersebut, tetapi mereka hanya akan melakukannya pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh orbs atau cahaya berkilau dan misterius yang terlihat di sekitar pulau pada malam hari.
Orbs adalah sebutan yang populer untuk bulatan anomali yang muncul pada foto.
Dalam kamera dan video orbs biasanya muncul seperti bola, permata atau bulatan cahaya dengan ukuran gambar seperti bola golf sampai dengan bola basket.
Kemunculan orbs biasanya selalu dikaitkan dengan kehadiran makhluk astral.
Karena tempat itu dikenal sebagai situs pemakaman bagi orang-orang yang pernah tinggal di sana, warga lokal memberi nama untuk tempat tersebut sebagai "City of Ghosts" atau Kota Berhantu. Mereka juga percaya bahwa mereka akan meninggal jika tinggal di pulau itu semalaman.
No comments: