Viral, Ilmuwan Rekam Paus Orca Bunuh Paus Biru dan Memakan Lidahnya
OBJEK misterius di luar angkasa membuat bingung para astronom karena kehadiran dan bentuknya belum pernah terlihat sebelumnya. Apalagi benda langit misterius ini mampu melepaskan ledakan energi sangat besar (raksasa) sebanyak tiga kali dalam satu jam. Menurut rilis dari International Center for Radio Astronomy Research (ICRAR) yang menjadi subjek penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature, para astronom merasa benar-benar aneh menemukan objek misterius yang menyala terus menerus selama satu menit. Ketika ledakan terjadi, itu adalah salah satu sumber radio paling terang di langit. Objek aneh itu berputar di luar angkasa, mengirimkan seberkas radiasi setiap 20 menit selama satu menit. Ini adalah salah satu sumber radio paling terang di langit. Objek ini muncul dan menghilang selama beberapa jam selama pengamatan.
“Itu agak menakutkan bagi seorang astronom karena tidak ada objek di langit yang melakukan itu. Dan posisinya sangat dekat dengan kita -- sekitar 4000 tahun cahaya. Itu ada di halaman belakang galaksi kita,” kata ahli astrofisika Dr Natasha Hurley-Walker, dari Universitas Curtin dari Pusat Penelitian Astronomi Radio Internasional dikutip SINDOnews dari laman sciencedaily, Kamis (27/1/2022). Para peneliti percaya objek itu bisa berupa bintang neutron atau katai putih, yang dicirikan sebagai inti bintang yang runtuh, dengan medan magnet yang kuat. Namun, ada sesuatu yang melepaskan semburan energi yang fantastis pada interval periodik tertentu. Objek yang menyala dan mati bukanlah hal baru bagi para astronom, mereka menyebutnya sebagai 'transien'. Itu adalah fenomena kematian bintang masif atau aktivitas sisa-sisa yang ditinggalkannya. 'Transien lambat', seperti supernova, mungkin muncul selama beberapa hari dan menghilang setelah beberapa bulan. 'Transien cepat', seperti jenis bintang neutron yang disebut pulsar, berkedip dan mati dalam waktu sangat cepat, milidetik atau detik. Namun, menemukan sesuatu yang menyala selama satu menit, benar-benar aneh. Objek itu sangat terang dan lebih kecil dari Matahari, memancarkan gelombang radio yang sangat terpolarisasi—menunjukkan bahwa objek tersebut memiliki medan magnet yang sangat kuat.
Objek ini ditemukan oleh mahasiswa Curtin University Honors Tyrone O'Doherty menggunakan teleskop Murchison Widefield Array (MWA) di pedalaman Australia Barat. Dr Natasha Hurley-Walker, dari Universitas Curtin dari Pusat Penelitian Astronomi Radio Internasional, mengatakan pengamatan tersebut cocok dengan objek astrofisika yang diprediksi yang disebut 'magnetar periode sangat panjang'. “Tapi tidak ada yang menyangka akan langsung mendeteksi yang seperti ini. Kami tidak menyangka mereka begitu terang. Entah bagaimana itu mengubah energi magnet menjadi gelombang radio jauh lebih efektif daripada apa pun yang pernah kita lihat sebelumnya,” katanya dikutip SINDOnews dari laman science20, Kamis (27/1/2022).
Para peneliti tiba di kejadian pembunuhan pertama Paus Biru sepanjang 21,95 meter untuk melihat potongan besar kulit dan lemak telah dicungkil dari tubuhnya dan dengan sebagian besar sirip punggung telah digigit. Kemudian diikuti oleh serangan tanpa henti oleh tiga Paus Orca melawan Paus Biru yang mendorongnya ke bawah air, sementara dua lainnya menyerang kepalanya. Studi tersebut menjelaskan bahwa 50 Paus Orca bergabung dengan kawanan selama enam jam untuk memakan bangkai Paus Biru. Beberapa minggu kemudian, serangan berikutnya terjadi ketika seekor anak Paus Biru menjadi sasaran. 25 Paus Orca menyerang Paus Biru sepanjang 12 meter (40 kaki). Serangan terakhir yang dicatat oleh penelitian adalah pada Paus Biru sepanjang 14 meter (45 kaki), yang dikejar sejauh 24 km (15 mil) dalam perburuan 90 menit. Lagi-lagi, strategi berburu orca adalah dengan mendorong dan menabrakkan paus ke bawah air, sementara yang lain menyerang kepala dan lidahnya.
Studi ini juga mendokumentasikan pembunuhan ini dipimpin oleh Paus Orca betina. Para penelitian mengatakan bahwa dorongan untuk memberi makan anaknya dapat membuat mereka lebih agresif. "Ini adalah peristiwa pemangsaan terbesar di planet ini: pemangsa puncak terbesar yang memangsa mangsa terbesar," kata Robert Pitman, seorang ahli ekologi kelautan di Institut Mamalia Kelautan Universitas Negeri Oregon, kepada National Geographic.
No comments: