Supervolcano Diduga Berada di Bawah Lapisan Es Antartika
Washington - Antartika saat ini berada dalam kondisi yang tidak wajar. Seperti Kutub Utara, Antartika terpengaruh oleh perubahan iklim bumi. Namun menurut para ahli bukan hal itu yang menyebabkan kondisi aneh tersebut.
Antartika merupakan dataran beku yang memiliki danau, sungai dan air yang berbentuk cair dan mengalir di bawah lapisan es, bukan di atasnya. Bagaimana itu bisa terjadi?
Sebuah penelitian baru dari NASA menambah bukti bahwa ada sumber panas bumi di bawah lapisan es tersebut. Ini disebut dengan mantel plume. Beberapa di antaranya dikenal sebagai supervolcano. Mantel ini terletak di bawah bagian bernama Marie Byrd Land. Keberadaannya mampu menjelaskan banyak hal.
Keberadaan sumber panas bumi tersebut, dapat menjelaskan mengapa lapisan es di Antartika bagian barat yang cukup tebal memiliki riwayat yang tidak stabil. Dalam era dengan perubahan iklim yang sangat cepat, secara tak terduga, lapisan ini meleleh dengan cepat.
Teori tentang keberadaan mantel di bawah benua Antartika sebenarnya telah digagas dari 30 tahun lalu. Mantel ini diperkirakan tersusun dari batuan panas yang muncul dari lapisan mantel Bumi, tidak jauh dari lapisan kerak bumi. Peristiwa geologi serupa dapat diteliti di Yellowstone National Park, Amerika Serikat.
Karena lapisan es yang tebal, sangat sulit mengamati apa yang terjadi di bawahnya. Jadi NASA melakukan pengamatan menggunakan satelit dan semua peralatan yang bisa digunakan dan menggabungkannya dalam sebuah simulasi baru. Simulasi tersebut menunjukkan adanya sumber energi di bawah lapisan tersebut. Sumber energi tersebut menyemburkan sekitar 200 miliwatt energi setiap satu meter persegi.
Pemanasan dari bawah bumi di daerah yang tidak aktif secara geologis sekitar 40 sampai 60 miliwatt. Pemanasan di bawah Antartika di lokasi yang sama, hingga 150 miliwatt. Sementara simulasi menunjukkan lapisan es yang mencair terlalu banyak, kecuali satu tempat di dekat Laut Ross.
Aliran air yang intens telah terlihat di lokasi ini. Simulasi menunjukkan hingga 180 miliwatt energi diperlukan untuk menghasilkan hal serupa. Pencitraan seismik NASA mengungkapkan mungkin ada keretakan - fraktur di kerak bumi - di bawahnya.
Pada akhir zaman es sekitar 11 ribu tahun lalu, lapisan es Antartika mengalami peristiwa yang tak bisa dijelaskan dan berlanjut hingga saat ini, yaitu hilangnya sebagian besar es. Hal ini juga dipicu perubahan pola cuaca di dunia dan meningkatnya permukaan air laut yang mendorong arus hangat hingga bersinggungan dengan lapisan es di Antartika.
Penelitian NASA menunjukkan bahwa sungai dan danau yang terdapat di bawah lapisan es Antartika tersebut memfasilitasi pergerakan air hangat yang memicu pecahnya lapisan es dengan cepat.
No comments: